بسْمِ
اللهِ الَّرحْمَنِ الَّرحِيْمِ
نَوَيْتُ
التَّعَلُّمَ وَ التَّعْلِيْم، وَالتَّذَكُّرَ وَالتَّذْكِيْر، وَالنَّفْعَ
وَاْلإنْتِفاَع، وَاْلإفَادَةْ وَاْلإسْتِفَادَة،
وَالْحَثَّ
عَلىَ التَّمَسُّكِ بِكِتَا بِ الله وَ سُنَّةِ رَسُوْ لِهِ، وَالدُّ عَا ءِ اِلَى
الهُدَ ى، وَالدَّ لآ لَةَ عَلَى الخَيْر،
إبْتِغَا
ءَ وَجْهِ الله، وَ مَرْ ضَا تِهِ وَ قُرْ بِهِ وَ ثَوَ ا بِهِ مِيْنَا الله تَعَا
لَى
“Bismillahirrahmanirrahim
nawaitu ta’alluma wa at-ta’liima wa at-tadzakkuro wa at-tadzkiiro wa an-naf’a
wa al-intifaa’a wa al-ifaadata wa al-istifaadah wa al-hatstsa ‘ala at-tamassuki
bikitaabillahi wa sunnati Rosuulihi wa ad-du’ai ila al-hudaa wa ad-dalaalata
‘ala al-khoiri ibtigho’an waj-hillahi wa mardhatihi wa qurbihi wa thawabihi
minallahi ta’ala”.
قل ر
سو ل ا لله صلى الله عليه و سلم
التا
جرُ الأ مينُ الصَّد و قُ المسلِمُ مع الشهداء يو مَ القيا مة (حد يث صحيح ر و ا ه
الحكم
“Qola Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, Attajirrul amiinusshoduqul muslimu ma’asy
syuhada-i yaumal qiyamah (Hadisun Sahih Rawahul Hakim)”.
[“Peniaga-peniaga yang
amanah,benar, dan muslim, mereka bersama-sama para syuhada’ pada hari qiamat”.]
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah puji
syukur kehadirat Allah swt yang telah memuliakan kita semuanya, yang telah
memberikan kepada manusia-manusia pintu-pintu rahmat dan pintu-pintu taubat dan
pintu penjagaan daripada Allah swt dan itu berlaku kepada kita semuanya yang
hingga Allah tidak pernah bosan-bosannya memanggil kepada kita padahal Diri-Nya
tidak butuh dengan manusia, jikalau manusia itu pun tidak diciptakan oleh Allah
tidak ada kerugian dalam Diri Allah swt itu sendiri. Tetapi karena dzat yang
paling dimuliakan-Nya, manusia yang paling di banggakan-Nya yaitu baginda nabi
kita Muhammad maka kita sebagai manusia dan khususnya ummatnya Rasulullah
selalu dibukakan oleh Allah swt pintu yang begitu agung dan pintu yang begitu
indah oleh Allah swt.
Hadirin dan hadirat yang
dimuliakan oleh Allah swt bahwasanya pintu Allah tidak pernah terkunci, lain
jikalau pintu yang mungkin ada di rumah kita pasti ada namanya dikunci. Pintu
kamar ada namanya dikunci, jendela kita juga dikunci semuanya pasti pernah
dikunci. Bahkan manusia pun yang memiliki rasa egois, rasa sombong didalam
dirinya pun kadang-kadang mengunci dirinya, tidak saling menegur, tidak saling
menyapa, tidak saling menghormati dan tidak saling menghargai. Tetapi pintu
Allah swt tidak pernah tertutup dan buka nya selama-lamanya abadi selama kita
membaharukan daripada pintu taubat kita terhadap Allah swt.
Hadirin dan hadirat yang
dimuliakan oleh Allah swt sampailah kita dipelajaran yang setiap malam selasa
kita bahas yaitu pelajaran hadist Rasulullah saw yang mana didalam pembahasan
yang sangat mulia ini didalam pembahasan hadist yang ke 10 ini menerangkan
tentang seorang pedagang yang mana disini ‘attajir’. ‘Attajir’ itu bukan orang-orang
yang kaya, orang yang membahasakan tajir, tajir, tajir itu bukan orang yang
kaya artinya kalau orang yang kaya itu adalah ‘al ghoniy’ adalah orang yang
kaya. Tapi kalau ‘tajir’ itu adalah orang yang menjadi pedagang, seorang
pedagang itu artinya ‘attajir’. ‘Alladzi yattajir bittijaro’yang mana dia itu
menjadi pedagang didalam dagangannya apapun dagangannya. Jikalau dia menjadi
pedagang beras, menjadi pedagang gula, menjadi pedagang apapun perdagangannya
maka itu dikatakan namanya ‘tajir’ yaitu pedagang. Pedagang yang bagaimana?
Kata Rasulullah saw itu :
‘Attajirrul
amiinusshoduqul muslim’ orang yang menjadi pedagang tetapi syaratnya itu jujur
didalam dagangannya, tidak berbuat curang naudzubillahi mindzalik. Maka jangan
sekali-kali jikalau anda kepingin dagangan anda itu dimuliakan dan diberikan
keberkahan oleh Allah swt jangan sekali-kali kita untuk curang. Jikalau
seandainya mau mengambil keuntungan, bahkan dikatakan ulama memang tidak ada
prediksi tertentu. Kalau seandainya katanya ulama kalau seandainya beli barang
sekian mau ambil keuntungan 100% pun itu diperbolehkan, tetapi harus diukur
dengan kemampuan orang-orang disekitarnya. Jangan kita misalkan katanya orang
jawa “kulakan” iya kan, kulakan-nya misalkan 20ribu kalau seandainya mau dijual
200ribu pun itu tidak apa-apa, diperbolehkan tidak ada batas tertentu didalam
mengambil keuntungan dikatakan ulama, tetapi al ulama memberikan solusi paling
tidak jangan kita mengambil keuntungan yang sedemikian besar sehingga
orang-orang di sekitarnya ketika mau membeli daripada barang tersebut keberatan
dia karena mungkin ekonominya yang sangat sederhana atau ekonominya yang sangat
kecil. Maka diperlukan menjadi pedagang yang al amin, menjadi pedagang yang
betul-betul jujur. Karena jujur itu adalah pondasi dari segala kehidupan, hadir
majelis membutuhkan kejujuran, kita menyatakan cinta kepada Rasulullah
membutuhkan kejujuran. Seringkali saya katakan tidak cukup orang yang
mengatakan ‘saya cinta dengan Rasulullah, saya rindu dengan Rasulullah’ tetapi
amalannya jauh daripada amalannya Rasulullah. Perkataannya selalu menggunjing
orang, perkataannya selalu menyakiti orang, perkataannya selalu menyindir
orang, hati-hati dengan sindiran-sindiranmu. Entah engkau tulis di status
facebook mu, entah engkau tulis di status tweeter mu dan whattsapp mu hati-hati
karena itu bisa berbahaya.
Maka didalam
kesemuanya-pun kita diperlukan dengan yang namanya kejujuran bahkan didalam
firman Allah swt , Allah swt berfirman :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (التو
بة :119
‘Hai orang-orang yang
beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar’. ( QS : At Taubah : 119 ).
Didalam segala hal
memerlukan kejujuran, pondasi itu. Didalam pedagang pun demikian, jikalau kita
sudah menjadi pedagang yang jujur betul-betul jujur kata Rasulullah saw itu ‘al
amiin as shodu’ itu tidak ada perbedaannya cuma penguat saja itu artinya sama
adalah pedagang yang jujur. Itu derajatnya kalau seandainya dia meninggal
ajalnya dijemput oleh Allah swt derajatnya kata Rasulullah saw :
‘Dia akan dibangkitkan
bersama orang-orang yang mati syahid di hari kiamat-Nya Allah swt’
Jadi anda sederajat
dengan orang-orang yang mati syahid, karena kenapa? Karena kita didalam
berdagang jujur maka derajatnya sama dengan orang-orang yang mati syahid. Tapi
kalau sudah awalnya sudah nggak jujur ini bahaya ini, misalkan dia berdagang
mengambil keuntungan yang begitu besar hingga terjadi sampai dia riba dan
segala macam. Maka ketika di zamannya Umar bin Khatab ra itu ada salah satu
wanita tua yang ditugaskan oleh sayyidina Umar yang bernama Syifa binti
Abdullah untuk apa? Untuk melihat kondisi di pasar. Tidak sembarangan orang
yang di pasar itu. Bilang sayyidina Umar :
‘Kalau seandainya ada
yang curang di pasar bilang kepada saya’
Beliau muter satu
persatu akhirnya mendapatkan seorang pedagang yang berjualan susu yang susunya
itu dicampur dengan air. Kalau seandainya anda jual susu ya susu aja jangan
dicampur dengan air murni susunya orang-orang zaman dulu demikian. Kalau
sekarang lihat kejujuran di dalam negeri kita sudah tidak ada lagi hingga
semuanya yang kita makan, yang kita minum semuanya mengandung daripada
bahan-bahan yang berbahaya di zaman sekarang ini.
Makanya ketika beliau
ini memutar daripada pasar Madinah dilihat ada seoarang pedagang yang curang
yang mana menjual daripada jualan susunya dicampur dengan air, akhirnya ditegur
oleh beliau ;
‘Sesungguhnya engkau
telah berbuat curang sebentar lagi saya akan laporkan engkau kepada amirul
mukminin sayyidina Umar bin Khatab’.
Ini orang akhirnya
menjadi takluk dan ketakutan ini orang karena akan dilaporkan kepada amirul
mukminin sayyidina Umar bin Khatab, sehingga amirul mukminin memberikan teguran
kepada dia. Kalau amirul mukminin sayyidina Umar bin Khatab itu tidak kenal
dengan yang namanya sogokan, dilarang orang yang menyogok itu. Kata Rasulullah
saw ;
‘Allah melaknat orang
yang menyogok dan orang yang disogok’
Jikalau orang di zaman
sekarang gampang, kalau seandainya dia berbuat curang diketahui takut
dipenjarakan yang melaporkan diberikan apa? Diberikan sogokan diberikan tips
sehingga tidak melaporkan wal iyadzubillahi mindzalik. Maka jikalau sudah
dimulai dari hal ini hati-hati dagangan anda suatu saat pun akan anda alami
kehancuran yang diberikan oleh Allah swt, entah mungkin dagangannya tidak
mendapatkan keuntungan yang maksimal, atau seandainya kadang-kadang anaknya
ditimpa sesuatu atau mungkin istrinya dan lain-lain karena diawali dengan
sesuatu yang tidak jujur. Tetapi jikalau diawali dengan sesuatu yang jujur maka
anda akan mendapat derajat yang begitu mulai dari Allah swt besama dengan
orang-orang yang mati syahid. Sehingga sayyidina Umar mengatakan ;
‘Orang yang tidak
memahami daripada ajaran-Nya maka tidak aku akan perbolehkan dia untuk
berjualan di pasar Madinah’
Tidak sembarangan karena
kenapa? takut, seperti itu wara’nya orang-orang terdahulu demikian. Daripada
sekarang apapun dagangan kita jangan kita ini berbuat curang atau kita berbuat
yang seandainya tidak jujur wal iyadzubillahi mindzalik. Maka itu semuanya akan
menjauhkan diri kita dari segala keberkahan yang diberikan oleh Allah swt.
Perlu juga harus kita
pahami apa tentang jual beli tersebut syarat-syaratnya bagaimana, ada
rukun-rukunnya, ada penjual dan pembelinya, ada akad jual belinya dan
lain-lain. Jikalau kita sudah tidak mengerti orang-orang di zaman sekarang mau
berbisnis mau jual beli nggak tahu hukumnya, itu yang salah. Karena didalam
hukum Islam itu semuanya diberikan oleh Allah swt diberikan oleh nabi kita
Muhammad saw solusi. Orang mau menikah belajar dahulu tentang nikah, orang mau
berdagang belajar dulu bagaimana cara berdagang jangan dia asal-asalan ketika
dia berdagang. Misalkan contohnya jikalau mau kerjasama ‘as syarikah’ itu harus
ada caranya itu bagaimana caranya syarikah itu, bagiannya bagaimana itu. Dan
lebih sangat diperhatikan lagi jikalau kita ini mau hutang kepada orang
usahakan disitu ada 2 orang yang menyaksikan atau ada hitam diatas putih
tertulis hingga ditakutkan jikalau ada orang yang meninggal atau keluarga kita
yang meninggal ada orang yang mengaku bahwasanya ‘fulan tadi yang meninggal itu
punya utang sama saya’ ati-ati .
Makanya Rasulullah saw
itu selalu membiasakan daripada sahabat-sahabatnya, bahkan Rasulullah saw pun
sendiri jikalau mau berhutang itu para sahabatnya surruh nulis sahabatnya,
‘tulis saya hutang sama engkau sedemikian-sedemikian’ dan disaksikan dengan
semua sahabat. Ini sampai-sampai sahabat ini ketika mau nulis yang mau utang
ini Rasulullah nggak kuat nggak bisa nulis karena kenapa? Karena yang mau utang
Rasulullah. Lihat manusia yang begitu mulia, manusia yang mempunyai segala
daripada anjuran dan aturan yang diberikan oleh Allah swt.
Maka hati-hatilah kita
dengan yang namanya dagangan yang kita akan perdagangkan sehingga kita
betul-betul jujur didalam dagangan kita. Jikalau sudah jujur seperti saya
katakan tadi akan diberikan keberkahan yang begitu agung oleh Allah swt dan
diberikan oleh Allah swt entah diberikan dalam dagangan kita, mungkin anak kita
akan bertaat. Asal mula jikalau anak kita mau bertaat kepada Allah dan berbakti
kepada kita berikan dengan rezeki yang halal, dari rezeki yang halal, dengan
cara bedagang yang halal, jangan curang didalam perdaganganmu. Karena wal
iyadzubillahi mindzalik jikalau kita sudah curang makan daripada haram, makan
daripada riba, didalam firman-Nya Allah swt mengatakan :
…… وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلْبَيْعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰا۟ ۚ…….
‘……………sesungghnya Allah swt menghalalkan jual beli dan Allah swt
mengharamkan yang namanya riba…………..’ (QS: Al-Baqarah Ayat: 275).
Sekarang banyak orang di zaman sekarang ini yang memakan riba
yang mungkin tidak kita sadari hati-hati. Kita misalkan pinjam kepada orang
10ribu nanti kembalikan 20ribu ya, itu riba namanya. Jangan sekali-kali anda
memakan daripada harta yang anda terima dari itu tersebut sehingga harta
tersebut anda berikan kepada anak anda itu tanda pemula daripada anak yang
tidak menurut dengan orang tuanya. Karena kenapa? Dibiasakan dengan memakan
daripada rezeki yang haram wal iyadzubillahi mindzalik. Kata Rasulullah saw :
‘Barangsiapa seseorang yang memakan daripada rezeki yang haram
atau dari dagangan yang haram, maka niscaya anggota tubuhnya itu akan
bermaksiat kepada Allah mau atau tidak mau’, Pasti akan bermaksiat mau apa
tidak mau, wal iyadzubillahi mindzalik karena kenapa? Karena sudah mencicipi
daripada rezeki yang haram. Makanya Rasulullah saw itu memilih daripada
kehidupan yang sederhana, kalau seandainya ada dinikmati oleh Rasulullah saw,
kalau seandainya tidak ada tidak dicari oleh Rasulullah saw. Lain dengan kita,
kita mungkin kalau tidak ada memaksakan kita pinjam uang bank, uang rentenir
dan lain-lain. Maka jikalau kita sudah terjebak didalam itu semuanya maka
berusahalah sedikit demi sedikit anda untuk mengurangi daripada kebiasaan kita
makan daripada hasil riba tersebut. Kalau seandainya orang baik biar pun temen
anda misalkan kita meminjam 10ribu ya mengembalikannya 10ribu, kalau teman baik
ya seperti itu tapi kalau seandainya teman tapi musuh mungkin ada pinjam 10ribu
nanti kembalikan 100ribu ya itu bukan teman namanya itu musuh namanya. Makanya
kita diberikan oleh Allah swt oleh baginda nabi kita Muhammad saw itu cara-cara
yang begitu sempurna hingga kehidupan kita itu seperti kehidupan nabi Muhammad
saw. Tidak ada didalam kehidupan kita itu perbuatan yang dilarang oleh agama,
dilarang oleh Allah swt sehingga kita sedikit demi sedikit naik maqom kita
kehadirat Allah, jikalau anak sekolah SD kelas 1, setelah kelas 1 kelas 2,
kelas 2 kelas 3 seperti itu kedudukan hamba dengan Rabbul’alamin dengan Allah
swt dari hal-hal sepele itu dari rezeki kita yang kita makan, dari pekerjaan
yang kita makan dari awal-awal itulah kita akan diberikan keberkahan oleh Allah
swt dan berusahalah selalu minta kehadirat Allah swt, apapun yang anda minta,
minta dengan Allah swt. Kalau seandainya minta kepada manusia pasti yang
namanya manusia pasti terbatas tapi kalau Allah swt tidak terbatas tidak ada
tepinya Allah swt. Tapi jikalau manusia terbatas anda pinjam 10ribu
kadang-kadang diberikan 5ribu ini yang saya punya, tapi jikalau Allah swt kita
meminta 10ribu diberikan rezeki lewat hamba-Nya fulan dan fulan bisa jadi
200ribu, 300ribu karena kenapa? Karena kita meminta kepada Dzat yang memberikan
kepada kita segala kenikmatan.
Mudah-mudahan ada manfaatnya, mudah-mudahan di kesempatan yang
sangat mulia ini kita diberikan rasa jujur oleh Allah swt didalam pekerjaan
kita, didalam dagangan kita, didalam usaha kita. Marilah dikesempatan yang
sangat mulia ini kita berdzikir kepada Allah swt kita mendekatkan diri kita
kehadirat Allah swt, kita bersihkan daripada hati kita, sanubari kita daripada
segala kotoran, daripada segala noda hingga kita menjadi manusia-manusia yang
dibersihkan oleh Allah swt.
فَقُوْلُوْا
جَمِيْعًا
يَا
الله …يَا الله …يَا الله …يَا الله …يَا الله … يَا الله ...يَا الله... ياَ الله